Awal
pendakian yang cukup menyenangkan. Kontur tanah di taman nasional ini sangat landai
sehingga kami tidak merasa seperti sedang naik gunung. Hanya sekedar berwisata
melihat pemandangan indah di pagi hari nan sejuk. Padang sabana membentang
luas dibawah kaki gunung Rinjani, dan tak jauh dari jalur perjalanan kami ada
banyak kawanan sapi yang sedang memamah rumput. Kalau belum diberi kesempatan
jalan-jalan ke luar negeri, tempat ini bisa jadi alternatif karena pemandangannya tidak jauh beda dengan pemandangan di New Zealand.
"Oh,
jadi ini penghuni kandang-kandang sapi yang kita lihat di bawah tadi?" Ujarku kala melihat
kawanan sapi tersebut. Mendengar bunyi langkah kaki kami yang lumayan mengganggu,
sapi-sapi itu menghentikan aktifitasnya. Lalu mereka pindah ke tempat yang
lebih jauh dari kami. Sepertinya mereka takut.
“Yahh,
baru mau difoto udah kabur!” ujar Bagas. Ia mengutak-atik kameranya lalu
ditunjukkan padaku. “Lihat!”
Aku
pun terbahak-bahak melihat foto hasil jepretannya. Dari ujung kiri sampai ujung
kanan yang terlihat hanya pantat-pantat sapi berwarna putih mencling!
“Aaaaaaaaaaggghhhhh….!!!!!!!!!!!!”
Teriak Mas Wandas dari kejauhan. Dia memang sudah berjalan lebih dulu dari kami
bersama Mas Zaenal dan Adji.
Kami
pun segera berlari menyusul karena panik mendengar teriakannya. Apakah dia
digigit ular? Atau kalajengking dan sebagainya?
“Kenapa?
Kenapa?” tanya kami berbarengan.
Adji
tertawa tebahak-bahak. “Ada yang terinjak ranjau!’ soraknya sambil bergelinjangan.
Raut
muka Mas Wandas berubah menjadi sangat menyedihkan. Ia membersihkan sepatunya
dari segumpalan telepong. Bukan, telepong itu bukan alat untuk berkomunikasi jarak
jauh. Telepong itu adalah bahasa Jawanya kotoran sapi.
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
0 komentar:
Posting Komentar