Senin, 21 April 2014

Resolusi di Secarik Kertas

0 komentar
Pernah membuat daftar resolusi nggak? Atau cita-cita? Atau apa aja deh yang pengen dilakukan dan dimiliki dalam jangka waktu tertentu? Kalo pernah berarti kita sama. Percaya nggak percaya menulis resolusi di kertas itu mujarab banget lho dibandingkan hanya dalam angan-angan dan pikiran. Aku sendiri sudah beberapa kali mengalaminya.
2,5 tahun yang lalu aku pernah menulis rangkaian rencana masa depan di atas kertas HVS dan kutempel di dinding kamar. Tapi selama 2,5 tahun itu pula aku melupakan kertas rencana masa depan itu karena kertasnya sudah dilapisi oleh kertas-kertas lainnya. Salah satu yang tertulis disana adalah umur 23 tahun aku punya bisnis pet shop. Kemudian fokusku tertuju pada kegiatan menulis dan banyak kegiatan lainnya. Suwer aku benar-benar melupakan keinginan untuk memiliki bisnis petshop selama 2 tahun lebih ini, sampaaaai akhirnya orang yang berarti buatku mengajakku berbisnis bersama. Kini kami sedang merintis bisnis kelinci dan kucing. Nah, barulah beberapa hari yang lalu kertas di dinding yang sudah berlapis debu itu aku buka kembali. Aku baru sadar bahwa aku pernah menulisnya. Dan usiaku sekarang tepat 23 tahun, sesuai dengan yang tertulis disana. Mungkin karena dulu banyak teman-teman membaca kertasku itu dan mengamininya. Kemudian saat aku lupa dan tenggelam dalam berbagai kegiatan, tuhan mengingatkanku melalui orang yang kusayangi. Semoga usaha kami membuahkan hasil yang baik Ya Tuhan... #curhatcolongan #doacolongan
Nah selain itu, ada hal lain yang membuatku percaya bahwa menulis resolusi di kertas itu mujarab banget. Akhir tahun lalu aku menulis resolusi yang berbunyi 'belajar menulis skenario pada bulan April 2014'. Tapi karena fokusku teralihkan oleh si kelinci dan kucing, sudah sebulanan ini aku melupakan resolusi itu. Aku merasa tidak punya cukup waktu untuk belajar menulis skenario. Belum lagi kuliahku juga masih banyak. Tanpa disangka, kemarin di kampus seorang dosen memberi tugas pada kelasku untuk membuat sebuah film. Dan yang dipercaya untuk menulis skrip naskahnya adalah aku. Hei, kesempatan itu ternyata datang sendiri! Aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk belajar menulis skenario dari sini. Mungkin selain teman dan keluarga, malaikat juga turut mengamini doaku yang kutulis dalam bentuk resolusi tersebut. :D
Jadi mulai sekarang aku tidak akan ragu lagi menuliskan rencana, impian, cita-cita, dan target hidupku dalam secarik kertas. Kalau bisa dipajang di tempat yang kira-kira banyak orang bisa melihat dan mengamini. Agar cepat terkabulkan. Hehehe... :P


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Kamis, 03 April 2014

Jenni, Kucingku Sayang

0 komentar


Saat hari pertama di Semarang setelah hampir 2 bulan liburan di Bengkulu, aku merasa sangat sedih. Rasanya itu kayak yang sepi... asing... sendiri karena nggak ada keluarga yang biasanya selalu ada di rumah. Kalo di rumah juga biasanya kan rame, ketawa terus, dan lebih-lebih bisa bermain dengan si kucing-kucing kecil kepunyaan Sherin dan Alif. Percaya nggak percaya, aku seharian itu menangis terus lho. Childist ya? emang sedih banget rasanya hari-hari pertama kembali ke kota rantauan.
Tiba-tiba, malam itu terlintas pemikiran untuk membeli seekor kucing supaya kalo di kosan ada yang bisa menghibur. Sebenarnya ada teman-teman akrabku juga di kosan, buat main. Tapi nggak taulah, rasa pengen punya kucing itu menggebu-gebu banget.
Besok siangnya jadilah aku bersama Pongky pergi ke pasar hewan Kartini untuk mencari kucing. Aku sih nggak butuh yang bagus-bagus banget. Yang penting dia lucu dan nggak nakal. Ada beberapa kucing yang bulunya bagus. Sejenis persia medium gitu deh. Tapi kenapa ya aku kurang srek sama kucing-kucing pesek model begitu. Selain itu bulunya yang terlalu panjang bisa-bisa bikin sesak nafas. Kemudian tingkahnya yang jaim dan sok anggun itu bikin aku males.
Tiba-tiba mataku tertuju pada seekor kucing kecil berwarna kembang telon. Warnanya hitam, oranye, dan putih. Dia melihatku seakan-akan minta dikasihani. Entahlah... aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Kata yang jual  dia baru berusia 4 bulanan gitu, terus jenis kelaminnya perempuan. Dia turunan ketiga dari ras persia peaknose. Bulunya sih nggak sepanjang kucing persia lazimnya, tapi tetap cantik kok.
Waktu dikeluarkan dari kandang dia langsung diberi makan biskuit kucing. Dia makan lahap banget. Udah begitu dia juga atraktif, langsung lari-lari nangkap mainan pita-pita yang disodorkan oleh si penjualnya.
Melihat hal itu aku langsung setuju untuk membeli kucing kecil ini. Dan aku memberinya nama Jennifer Dungdung. FIX.
Kami tidak membawa Jenni langsung ke


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO