Rabu, 30 Oktober 2013

C-O-M-I-N-G S-O-O-N !

0 komentar

“Golongan darahnya apa?”
“Nggak tau. Belum tanya.”
“Pokoknya aku nggak mau kenalan ama cowok, kecuali yang bergolongan darah O.”
                                                       ***
Menurut Jessilyn, cowok bergolongan darah O adalah tipikal cowok menyenangkan yang kehadirannya selalu dirindukan orang banyak. Dan cowok bergolongan darah AB, menurutnya adalah cowok yang susah ditebak dan ceroboh. Karena itulah ia lebih suka Ben, daripada Zakcy.
Karena tahu Jessilyn tak akan membalas cintanya, Zacky membantu gadis itu mendapatkan cinta Ben. Tentu saja segalanya tidak berjalan mulus. Hingga pada akhirnya Jessilyn sadar, cinta sama seperti golongan darah. Tidak bisa dipilih. Kita hanya bisa pasrah menerima segala rencana Tuhan. Lantas, pada hati manakah akhirnya Jessilyn memasrahkan hati?

Sudah tidak sabar menunggu kelahiran novel unyu ini. Semoga calon pembaca dapat menikmatinya segera yaaa... amin :))


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Tegal Oh Tegal

0 komentar
Di sela-sela ujian tengah semester yang melanda, aku justru pergi keluar dari kota Semarang. Bukan berarti aku bolos ya, kami berangkatnya jum'at sore kok. Ceritanya Pongky mengajakku pulang ke kampung halamannya di Tegal untuk menenangkan diri sejenak disana. Awalnya dia sempat ragu juga, antara malu dan kangen bertemu keluarga disana. Tapi akhirnya kami jadi pergi juga dengan nekat naik motor selama 4 jam.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Rabu, 16 Oktober 2013

Liburan Dadakan ke Pacitan

0 komentar
Jadi ceritanya dimulai dari hari Minggu kemarin. Aku yang habis mengerjakan tugas dan presentasi selama berjam-jam, diajak pergi oleh Pongky ke mall Paragon. Katanya Mbak Vian dan Mas Arga ngajak makan disana, sehabis mereka menghadiri pernikahan Mas Rama, salah satu anggota WAPEALA juga. Mereka berdua sudah duluan sampai, sementara aku dan Pongky menyusul kemudian. Terakhir datanglah Bang Jhon dan Bang Adit saat makanan kami sudah ludes dan hari sudah gelap. Dari obrolan kami yang ngalor ngidul, akhirnya tercetuslah rencana pergi jalan-jalan pada malam ini juga. Kebetulan hari Senin dan Selasa libur, maka kami yang memang gemar traveling dadakan ini segera menyusun rencana dan menentukan destinasi wisata. Setelah menemukan link sewa mobil dari kenalan, kami voting karena ada dua pilihan destinasi yang memungkinkan. Antara Solo-Tawangmangu dan Pacitan. Pada akhirnya terpilihlah Pacitan yang terkenal dengan goa dan pantainya yang cantik-cantik. Kota ini terletak di Jawa Timur dengan lama perjalanan dari Semarang 6 jam bila naik mobil sendiri. Awalnya aku khawatir yang menyetir akan kelelahan dengan perjalanan sejauh itu. Tapi Bang Adit meyakinkan kami bahwa ia sanggup menyetir jarak jauh, apalagi bisa digantikan oleh Mas Arga atau Mbak Vian.
Kami pulang dari Paragon jam 7 malam, lalu kembali ke Tembalang dan meyakinkan mbah-nya Mbak Vian bahwa kami akan menginap di kosanku dan nggak akan keluyuran kemana-mana. Haha, maaf ya mbah...
Akhirnya pada jam 10 malam mobil pinjaman pun datang, dan kami memulai perjalanan pada jam 11 malam. Menyusuri Ungaran, Salatiga, Solo, Wonogiri, dan... sampailah ke Kota Pacitan pada jam 5 pagi.
Masjid Raya Pacitan, kayaknya -_-
Jam 5 pagi Bang Adit membawa mobil kami sampai ke Masjid besar ini. Aku dan yang lainnya dibangunkan dulu baru tau bahwa kami sudah sampai. Sehabis mengumpulkan nyawa, kami semua langsung mandi. Pongky bahkan sempat sholat, dan Bang Jhon tidur pulas di depan masjid. Terakhir, kami sarapan di warung makan di dekat masjid pada jam 7 pagi sambil bertanya-tanya tentang obyek wisata disini. Pertama-tama kami mengunjungi pantai Teleng Ria yang hanya berjarak 3 km dari sini. Tadinya anak-anak berencana sewa papan surfing disini, tapi sungguh sayang kami terlalu pagi datang. Belum ada persewaan yang buka jam segini...
Pantai Teleng Ria
Rupanya karakteristik pantai ini hampir seperti Pantai Baron yang ada di Jogja. Berbentuk seperti teluk dengan pasir berwarna cokelat. Mereka yang cowok memutuskan untuk mandi saja disini. Cowok mah enak, tinggal copot baju luar terus langsung bisa nyebur. Nah kami yang cewek, apalagi yang pake kerudung?
Narsis~Alay~
Puas bermain di Pantai Teleng Ria, kami melanjutkan ke destinasi selanjutnya yaitu Pantai Sogeh. Pantai Sogeh terletak di ujung Pacitan, yang menghabiskan waktu setengah jam perjalanan. Konon pantai ini sedang naik daun sebagai wisata favorit di Pacitan. Oh iya, kebetulan lebaran haji besok Pak SBY mau pulang kampung ke Pacitan makanya keamanan sedang diperketat disini, dan sepanjang perjalanan kami dipenuhi oleh bendera merah putih, partai demokrat dan umbul-umbul aneka warna. Rasanya seperti kami yang disambut, bukannya pak SBY -__-
Nah coba liat bendera-bendera di belakang kami itu...
Dari kiri : Vian, Cora, Pongky, Jhon, Arga, dan Adit.
Akhirnyaaa..... sampai juga kami ke Pantai Sogeh. Pantai ini memang bagus dan memanjakan mata. Coba lihat foto dibawah ini. Itu dia salah satu spot di pantai Sogeh. Seperti di Bali kan?
Anak pantai, uyeeee~
Masih di Pantai Sogeh.
 Pantai ini terlihat bersih dengan pasirnya yang putih dan halus. Namun sayang ombaknya yang besar membuat kami enggan mendekat ke bibir pantai. Yang berani berenang cuma Bang Jhon. Orang Jambi yang ngaku-ngaku dari Nepal ini memang memiliki kelakuan yang unik dan agak lebih nyeleneh dari yang lain. Bwahahaha...
Ada genangan air bening di tepi pantai Sogeh
Cukup sudah berleha-leha di pantai Sogeh. Hari sudah menunjukkan jam 11, saatnya beranjak menuju Goa Gong dan Pantai Klayar. Kedua obyek wisata ini berada di luar Kota Pacitan. Kira-kira satu jam lebih baru bisa sampai. 
Pada km ke 7 dari persimpangan kami sampai ke lokasi Goa Gong, tapi sayang seribu sayang, goa wisata ini sedang ditutup untuk umum karena sehabis disterilisasi. T.T Besok Pak SBY mau berpertualang kesini makanya keamanan dijaga ketat. Kami yang kecewa bukan kepalang, dengan terpaksa melanjutkan perjalanan ke Pantai Klayar saja dengan jarak 12 km lagi.
Menuju pantai Klayar butuh perjuangan yang ekstra, karena tempatnya pelosok dengan jalan kecil dan curam. Sedikit lebih mengerikan dibanding jalan menuju pantai-pantai Gunung Kidul Jogja. Belum lagi ditengah jalan kami melihat ular sebesar pergelangan tanganku melintasi jalan. Perasaan mendadak jadi tidak enak.
Mobil tentara mogok~
Perjalanan kami juga macet karena banyak mobil tentara yang berlawanan arah dengan kami, sementara jalan sangat sempit. Puncak kegundahan kami adalah ketika kami terjebak di antara mobil yang mogok dan mobil Baraccuda. Lumayan lama juga kami tidak bisa bergerak disana. Tapi setelah berhasil meloloskan diri dari situ kami bergegas melanjutkan perjalanan. Hingga akhirnya sampai juga ke lokasi pantai Klayar. Kami dibuat terkagum-kagum dengan pemandangannya dari atas bukit. 
the 2nd Miami beach, kalo kata mereka mah!
Para homo -_-"
Pemandangan paling menawan :')
We are the cool traveler \(^_^)/
Sebelum pulang
Tadinya kami berniat mengunjungi goa lainnya selain goa Gong, tapi hari sudah menunjukkan pukul setengah lima sore. Demi mencapai target sampai ke Semarang maksimal jam 12 malam, kami terpaksa harus menyudahi petualangan kami di Pacitan yang indah ini. Padahal Pacitan itu kota 1001 goa lho, agak menyedihkan bila kami tidak main ke goa sama sekali. :(
Sesekali kami mendengar suara takbir berkumandang di jalan. Ah, nggak nyangka besok udah lebaran aja. Jam setengah delapan malam kami singgah makan malam di kota Solo, tepatnya di pusat kuliner sebelah kanan alun-alun keraton. Lalu jam 9 melanjutkan perjalanan dan sampai ke Semarang jam 11-an.
Makan malam di Solo.
Emang harus gitu ya posenya, mister? -__-


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Selasa, 08 Oktober 2013

Pendakian Merapi (2964 MDPL)

2 komentar
Sabtu 5 Oktober kemarin, aku mendaki gunung api paling aktif sedunia. Merapi. Gunung yang berketinggian 2965 meter di atas permukaan laut tersebut terletak diantara Magelang, Jogja, Klaten, dan Boyolali.
Aku berangkat bersama Pongky, Mbak Rima, Mas Andre, Indri, Nadia, Bang Indra, Sabeth, Irawan, Faruq dan Stevie dengan total personil 11 orang. Hampir seluruh personil sudah berpengalaman mendaki gunung kecuali Bang Indra, pacarnya Nadia yang baru pertama kali mendaki.
Kami kesana naik motor dari Semarang  ke Desa Selo melewati Boyolali. Berdasarkan informasi, sekarang mendaki Merapi hanya bisa lewat jalur New Selo karena yang lain sudah rusak karena erupsi tahun 2010.
sesampainya di Desa Selo, kami makan dulu di dekat pasar sebelum pos pendakian New Selo.
Setelah makan, shalat, barulah kami menuju pos pendakian. Sudah diduga sebelumnya, pos akan ramai oleh para pendaki karena itu hari weekend. Yah, baguslah kalo begitu. Senang rasanya bertemu dengan para petualang dan pecinta alam dari berbagai penjuru, termasuk dari luar negeri. Setelah lama berkecimpung dengan intelek-intelek yang... ahh... agak membosankan.
Keramaian pos New Selo
Di pos pendakian, kami membayar retribusi sebesar 5000 rupiah per-orang. Usai melakukan registrasi dan packing dengan benar, kami pun memulai pendakian pada pukul 4 sore. Dimulai dengan perjalanan menuju Joglo, dimana terdapat tulisan NEW SELO sebesar tulisan di bukit HOLLYWOOD. Perjalanan ini membutuhkan waktu setidaknya 10 menit dari pos pendakian.
Pendakian terasa sangat mengasyikkan, apalagi saat hari mulai gelap. Sensasinya jadi lebih menantang. Pongky dan aku berjalan paling depan, kemudian disusul oleh Irawan, Sabeth dan Stevie. Ternyata di pos 1, kami mulai terpisah dengan rombongan yang berjalan di belakang (Indri, Nadi, Bang Indra, Mbak Rima, dan Mas Andre) mereka melewati jalur bawah yang lebih cepat sampai. Kami bertemu lagi dengan mereka di pos 2. Waktu sudah menunjukkan jam 8 malam dan kami belum juga menemukan tempat yang pas untuk mendirikan tenda karena sudah penuh dengan pendaki lainnya. Akhirnya kami memutuskan untuk ngecamp saja di Pasar Bubrah, pos terakhir sebelum puncak. Setelah melewati Watu Gajah, angin kencang sekali membuat kami menggigil kedinginan walaupun terus bergerak dan berkeringat. Aku rasanya sudah tidak kuat lagi ingin istirahat di tenda. Tapi tidak mungkin mendirikan tenda di tempat yang curam, tanpa pelindung dan penuh dengan kerikil bebatuan. Kami terus dan terus mendaki, mengalahkan angin kencang yang menerpa sehingga akhirnya sampailah kami di Pasar Bubrah pada jam 9 malam. Artinya kami membutuhkan waktu 5 jam untuk mendaki dari New Selo sampai ke Pasar Bubrah.
Di tempat itu pun, sudah banyak yang mendirikan tenda. Bahkan ada yang tidur tanpa mendirikan tenda, padahal dinginnya luar biasa ekstrim. Super sekali orang-orang itu! Kami segera membongkar carrier dan memasang tenda dengan badan gemetaran. Tadinya kami mempunyai 4 tenda, tapi ternyata tenda Pongky tidak bisa dipakai karena frame-nya kurang. Jadi kami tidur sempit-sempitan dengan 11 orang dibagi ke 3 tenda. Aku memilih tidur di tenda kecil saja dengan Mbak Rima dan Mas Andre. Sementara Pongky bersama Irawan dan Faruq. Sisanya, tidur di tenda yang lumayan besar.
Kami tidak langsung tidur, karena perut yang keroncongan sudah memelas minta diisi. Kami memasak telur dadar dan sarden, sementara nasi sudah dibeli di warung makan desa Selo tadi sore.
Cobaan tidak hanya sampai disitu bagiku, karena aku tidak membawa sleeping bag. Meski sudah memakai berlapis-lapis pakaian, kain atau segala penutup anggota badan yang bisa dipakai, badanku masih saja menggigil. Kedinginan membuatku tidak bisa tidur, ditambah bayang-bayang cerita seram yang kudengar tentang Pasar Bubrah. untung saja pada jam setengah 3 pagi Mbak Rima bangun dan membagi sleeping bagnya denganku. Barulah aku bisa tidur.
 Jam lima pagi, kami memulai kembali pendakian menuju puncak. Kapan lagi bisa melihat sunrise seindah ini? meski badan masih menggelutuk kedinginan, tapi itu tidak menjadi masalah lagi. :) 
Matahari terbit saat akan meninggalkan Pasar Bubrah menuju puncak.
Ini dia puncaknya.
Kawah Merapi nan menyeramkan
Dari Pasar Bubrah menuju puncak itu sungguh luar biasa track-nya. Pasir dan batu membuat kami harus jalan merayap. Dan itu sangat melelahkan. Kelihatannya sih dekat, tapi butuh 2 jam untuk mendakinya. Puncak dengan ketinggian 2964 MDPL ini bukanlah puncak Garuda. Puncak Garuda sudah hilang karena erupsi merapi tahun 2010.
Orang lagi ngambek.
Pemandangan di puncak sungguh indah. Kita dapat menyaksikan kawah, gunung tetangga yaitu Merbabu, dan hamparan peradaban manusia yang membentang di bawah sana. Ah, susah untuk dideskripsikan.
Tapi sungguh sayang, ada saja yang membuat mood turun disaat istimewa seperti ini. Dasar pacar! awas ya kalo kamu begitu lagi :(
Anak-anak IPAL (Sabeth, Stevie, Nadia dan Bang Indra)
Salam rimba~
Naaah, setelah puas di puncak. Pukul 8 kami turun lagi ke Pasar Bubrah. Kebalikan dari mendaki tadi, turun malah terasa sangat gampang. Karena medannya berpasir, kami bisa leluasa turun bagai naik skateboard. Sehingga waktu yang dibutuhkan tidak lebih dari setengah jam.
Sampai ke tenda, saatnya memasak sarapan! menu sarapan kami adalah mi goreng dan saraden (lagi). Lalu sehabis sarapan, packing... dan turun gunung. 
Bye bye Pasar Bubrah
Lihat, di pos 2 banyak tenda berjejer dengan warna yang atraktif :D
Ada satu yang kurang di Merapi. Edelweis tidak tumbuh subur disini. Memang masih dapat dijumpai pohonnya, tapi tidak ada satupun yang berbunga. Berbunga pun, bentuknya bantet dan hitam. Sayang sekali ya~
Edelweissss...
Pendakian kami pun berakhir pada jam 2 siang. Dengan waktu yang dibutuhkan 3-4 jam. Pongky, Mbak Rima dan Mas Andre sampai ke pos pendakian jam 1 siang. Sementara aku dan yang lainnya sampai jam 2 siang karena banyak istirahat. Kami sampai dengan selamat meski kaki sudah pengkor. 
Mission is completed!


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Walk Into My Life

0 komentar
Video dibawah ini aku bikin saat iseng buka-buka buku diary. Merupakan sebuah lagu yang ku tulis sekitar 2 tahunan yang lalu. Saat aku sedang terpuruk namun tiba-tiba seseorang datang menorehkan kembali senyumku yang hilang. Saat itu aku merasa sangat kacau. Hati, otak, dan terlihat di penampilan yang kusam. Tapi ia tidak melihat itu. Ia hanya mendekat dan terus mendekat hingga sekarang kami menjadi seperti ini. Itulah saat jatuh cinta terindah yang pernah aku rasakan, sampai-sampai lagu yang aku buat ini pun tidak dapat mendeskripsikan perasaanku kala itu. Dan lagu ini... kubiarkan mengendap begitu saja. Terlalu malu untuk kunyanyikan, tapi terlalu sayang untuk dibuang.
Kini, kunyanyikan lagi dan kedengarannya tidak terlalu buruk. Sama seperti diriku, yang tidak terlalu cantik, tapi juga tidak terlalu buruk untuk dapat merasakan yang namanya perasaan cinta. :')

When the time's so hard
You walking into my life
Your eyes ask me don't give up
Give your shoulder to lay down

*I don't want it be 
just in the head and a dream
I want make it be so real, 
I want you feel what I feel

So don't ever go out of me
I don't know where will I search for another
Another spirit

Cause you're my spirit
Cause you're my, my love
Cause you're my, my, my love

Please forget our past
Just walk through into next life
Where we can be together
Together and forever

back to*


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO