Jumat, 12 Juli 2013

Jadi Travel Writer

0 komentar
Suwerrr, dari SD aku udah jadi travel writer ^_^
Tulisan perjalanan pertamaku berjudul Liburan ke Rumah Nenek. Berlanjut ke judul-judul lain yaitu Liburan Ke Rumah Saudara di Kepahiang, Liburan Ke Rumah Saudara di Palembang, Liburan Ke Rumah Saudara di Jambi, dan lain-lain. Lho, bener kan aku udah bisa disebut travel writer? *iya-in aja, plisss*
PLAKK!

Dari kecil aku memang suka jalan-jalan. Tapi karena masih kecil, jadi cuma ikut-ikutan moodnya orangtua saja. Kalau diajak pergi baru pergi. kalau nggak ya nggak akan pergi. Hahaha.
Kalo sekarang mah, udah bisa pergi-pergi sendiri tanpa orangtua. Jadi kegemaranku jalan-jalan jadi membuncah ruah! Dan hal itu membuatku berhasrat untuk menjadi penulis kisah perjalanan (travel writer) juga selain menjadi penulis novel.
Niatku sih, tahun ini sudah menghasilkan minimal satu buku traveling. Tapi kelihatannya susah, karena aku masih fokus pada naskah novel dulu. Satu-satunya tulisan travelingku yang muncul ke permukaan adalah buku bersama... hwaaaaa....
judulnya Traveling Note Competition. Jadi ceritanya awal tahun ini aku mengikuti sebuah kompetisi penulisan artikel perjalanan. Naskahku masuk ke 30 besar, yang artinya artikelku akan ikut diterbitkan bersama-sama 30 penulis lainnya menjadi sebuah buku.
Ini dia penampakannya:


Ya nggak apa-apalah buat belajar jadi travel writer. Doakan saja tahun depan aku sudah bisa menerbitkan satu buku traveling sendiri. ^_^


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Selasa, 09 Juli 2013

Kamu Itu Sendirian....

0 komentar
Ketika kau merasa sedang menghadapi masalah besar, mungkin disanalah kau akan merasa bahwa kau memang sendirian. Tampaknya mungkin kau bersama orang lain. teman-teman, pacar, saudara, atau siapapun. Tapi mereka seringkali tak ada. Mereka tak tahu dengan pasti apa yang sedang terjadi padamu. Dan mereka mungkin merasa tak perlu untuk mencampuri urusan pribadimu. Padahal kau butuh. Setidaknya butuh seseorang untuk dapat mengerti dan menemani. Satu orang saja. Tidak bisakah? apa kau harus mencari seseorang dengan masalah yang sama sepertimu agar tidak merasa sendiri?


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Senin, 08 Juli 2013

Dear, Calon Suami Masa Depan

1 komentar

Dear, calon suami masa depan...
Dengarlah, aku akan memasak. Aku akan berbelanja. Aku akan berdandan untukmu. Aku akan melahirkan anak yang kau inginkan, dan aku akan membesarkannya dengan baik.
Aku akan menjadi istri terbaik dengan seluruh kemampuanku.
Insha-Allah...

Aku tak peduli seberapa tampan wajahmu, yang penting kamu dapat membuatku dan anak-anak kita nanti tenang dan bahagia bila berada di dekatmu.
Aku tak peduli apapun jenis pekerjaanmu, yang penting kamu dapat mempertanggungjawabkan kewajibanmu pada keluarga, dan dapat membahagiakan anak-anak kita dengan penghasilan yg didapatkan.
Aku tak peduli seberapa hebat kamu dimata orang banyak, yang penting kamu tetap setia untuk hanya pulang ke rumah kita sebagai pelepas letih dan kesal.
Aku tak peduli seberapa sibuk kamu dalam pekerjaanmu, yang penting kamu tetap dapat menyisihkan waktu luang untuk berbagi denganku dan anak-anak kita nanti.
Aku tak peduli seberapa banyak kekurangan yang kamu miliki, yang penting kamu dapat memimpin keluarga dengan baik dan dapat menuntun kami untuk menjadi manusia yang lebih beriman pada Nya.




Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Sabtu, 06 Juli 2013

Lentera Jiwaku

0 komentar
Dari kecil, aku sangat suka membaca. Membaca buku cerita, komik, dan majalah anak-anak yang populer saat aku masih kecil. Kebetulan waktu zaman aku kecil (sampai SMP) di Bengkulu masih susah mencari buku yang bagus. Waktu itu belum ada toko buku Gramedia, adanya cuma toko buku kecil yang persediaan buku ceritanya sangat minim. Jadinya waktu itu buku yang kubaca sangat terbatas~
Kami beberapa tahun sekali liburan ke rumah nenek di Palembang. Nah, disitulah kesempatanku satu-satunya untuk berburu buku-buku cerita yang aku idamkan. Soalnya disana ada toko buku Gramedia yang luas sekali. Aku mempersiapkan uang tabunganku dari jauh-jauh hari agar bisa memborong buku cerita.
Hah, aku ingat sekali. Tiap kali baru sampai ke Palembang, aku langsung merengek pada papa supaya pergi ke Gramedia. Padahal jarak Bengkulu-Palembang lumayan jauh lho, 12 jam perjalanan. Biasanya kalau aku sudah merengek seperti itu, sepupuku yang tinggal di sebelah rumah nenek meminjamkanku buku cerita untuk aku baca sementara.
Aku suka sekali ke Gramedia. Aku suka baunya. Aku suka membaca buku cerita disana berjam-jam. Aku suka duduk bahkan berguling-guling menikmati suasana toko buku terbesar di Indonesia itu.
Kami bukan keluarga yang serba berkecukupan. Mereka saja tidak sanggup membelikanku majalah Bobo tiap minggu. Paling ya sebulan sekali sehabis gajian, atau pas aku sedang sakit. Oh iya,  papa sebulan sekali juga sering mengantarku ke taman bacaan untuk menyewa komik. Ahh, papa memang baik sekali.
Papa-mama lah yang mengajariku agar suka membaca, hingga aku bisa seperti sekarang ini. Bukan, aku bukan menjadi ilmuwan atau profesor yang kerjaannya mengoleksi buku-buku ilmiah setebal bokong gajah. Aku jadi suka menulis buku cerita sendiri! ya, aku jadi penulis.
Aku memang anak yang beruntung memiliki IQ diatas rata-rata, jadi aku tidak sulit menangkap berbagai pelajaran di sekolah. Aku suka pelajaran bahasa inggris, bahasa indonesia, matematika, sains, dan juga kesenian. Namun seiring usiaku yang bertambah, aku bingung dengan jati diriku. Aku juga jadi pusing dengan begitu banyaknya ilmu yang harus aku pelajari. Aku harus tau apa sebenarnya jati diriku, dan mau jadi apa sebenarnya aku.
Waktu SMA, aku masuk jurusan IPA, karena aku merasa lebih menonjol disitu. Namun, setelah dihadapkan dengan pelajarannya, aku nggak mampu menangkap semua. Pelajarannya sulit sekali, terutama fisika dan matematika.
Kuliah...
Aaah, bodoh sekali aku sampai dua kali ikut SNMPTN! buat apa aku memaksakan diri untuk dapat masuk ke jurusan di PTN kalau memang itu bukan passionku? Aku terlalu dibutakan oleh gengsi. Aku dibutakan oleh orientasi uang. Tanpa memikirkan apa yang sebenarnya aku mau. Tanpa memikirkan sebatas mana kemampuanku. Tanpa aku menyadari apa yang sebenarnya menjadi lentera jiwaku.
Sekarang aku baru menyadari apa yang sebenarnya aku mau. Dari kecil aku mencintai buku cerita, aku mencintai dunia fiksi. Dari kecil aku juga suka menulis, walau entah untuk apa waktu itu aku menulis. Tapi sekarang aku tahu ma, pa, aku memang harus menulis. Menulis buku cerita, karena disitulah lentera jiwaku berada.
notebook, buku kisah-kisah yang 'gue banget', dan tumpukan novel.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Rabu, 03 Juli 2013

Melarikan Diri Ke Jogja

0 komentar
"Yus, main yuk, ke Jogja!" kata temanku suatu kali di SMS. Dia adalah Uci, salah satu classmate terakrab saat di SMA N 2 Bengkulu. sekarang dia kuliah di PERBANNAS Jakarta, dan sedang pusing-pusingnya menghadapi tugas akhir. Makanya dia ngajak kami liburan alias melarikan diri. :D
Aku yang juga sedang merasa jenuh berkobok-kobok di dusun UNDIP ini, langsung saja mengiyakan, tanpa melihat daftar skejulku terlebih dahulu. Halah, sok sibuk.
Akhirnya tiga minggu kemudian, jadilah aku mengendarai spin matic tercintah menuju Jogja, sendirian dari Semarang. Jujur, ini adalah perjalanan terpanjang aku bepergian seorang diri dengan motor. Tapi aku percaya diri akan sampai dengan baik-baik saja. Dan ternyata benar, selama menyusuri jalan Semarang-Jogja selama 3 jam kurang dikit, aku sampai ke kosan temanku di Jalan Kaliurang dengan tampang stay cool. Uci yang sudah duluan sampai ke Jogja naik kereta, dan Eva yang kuliah di UII Jogja, geleng-geleng kepala melihatku. Mereka bilang aku stress! ya memang aku sedang stress. Banget. Banget. banget.
Waktu itu jam 4 sore. Aku dan Uci segera mandi agar bisa langsung capcus keliling Jogja, kota yang penuh dengan....... (oh pliss Pongkykusayang, jangan marah, I love you :*)
Kopi joss!
Kami pergi hanya bertiga karena sahabat kami yang satu lagi, Rike, sedang sibuk pra-koas. Tujuan pertama adalah kulineran di sekitar stasiun Tugu. Makan di angkringan kopi joss tentunya. Uci yang pertama kali ini ke Jogja adalah yang paling bersemangat untuk menyicipi bagaimana rasanya kopi yang diminum bersama arang. (aku juga belum pernah nyicip sih :p). Ternyata rasanya emang joss! apalagi dinikmati bersama teman-tenan tercintah :)
Pulang dari sana kami langsung melesat menuju Ambarukmo Plaza untuk nonton film Cinta dalam Kardus. Hasrat untuk menonton film ini membuktikan bahwa sisa-sisa keababilanku memang masih mengalir dalam darah. -_-

Ini turisnya!
Besoknya, kami masih jalan-jalan bertiga tanpa Rike. Tujuan hari ini adalah ke Candi Prambanan, titik nol Jogja, dan belanja di Malioboro.
Walau sudah berkali-kali ke Candi Roro Jonggrang ini, aku tetap ikut menjadi guide bagi Uci. Ada hikmahnya juga sih, aku jadi diajak foto sama sepasang turis asing. Yang perempuan dari Cina, dan yang laki dari Belanda. Bukan karena apa, aku diajak foto karena topi yang kupakai itu unik menurut mereka. Jadinya aku diajak foto, tapi menghadap ke belakang. Itu hikmah atau ngenes yah? (-_-)/||

Wedang-ronde di pinggir jalan Malioboro
Barulah pada hari ketiga, Rike bisa ikut kami jalan-jalan. Kali ini kami akan pergi ke Wonosari, tepatnya ke deretan pantai-pantai selatan Jogja. Bukan hanya Rike, teman Eva dari Bali juga ikut. Namanya Hanum.
maka jadilah pada hari itu kami merental mobil dengan harga 200k /12 jam. Tambah sopir yang mengantar jadi 250k, dan mobil yang tersedia hanya APV. Jadi ya sudahlah, terima saja.
Sebelum melaju kesana, kami terlebih dahulu membeli bekal dan bensin untuk perjalanan seharian.


Narsis di APV. aku duduk paling depan. :D
dari kiri: Uci, Hanum, aku, Eva, dan Rike. Baru sampai di Pantai Baron

Empat sekawan di pantai Sundak


Pantai Sundak yang lagi pasang.
Bekalnya beli di Olive Chicken. 

Rike autis di Pantai Indrayanti -_-
 Setelah dari Indrayanti, pengennya lanjut ke Pantai Siung. Tapi kata mas supirnya masih jauh, satu jam perjalanan lagi. Huh, yasudahlah, kasihan juga masnya capek mengendarai mobil seharian. Akhirnya perjalanan kami hari itu hanya sampai di Indrayanti. Setelah Matahari tenggelam, kami bergegas kembali ke kota. Pas banget, setelah maghrib kami dapat melihat lampu-lampu kota yang berpendar indah dari atas Gunung Kidul, tepatnya di Bukit Bintang.

Keesokan harinya aku sedih. Ini menjadi hari terakhirku di Jogja. Nanti sore Uci pulang ke Jakarta, dan besoknya aku juga harus pulang ke Semarang. Hari ini aku galau. Halaaahh. Setelah mengantar uci ke stasiun Tugu, aku bekeliling kota Jogja yang macet sendirian. Membawa tas berisi kamera dan laptop yang tadinya akan kupakai untuk menulis naskah. Entah dimana. Tadinya aku berpikir, mungkin asyik kalau aku menulis di Djandelo Coffie, sebuah kafe yang terdapat diatas toko buku Togamas Condong Catur. Tapi setelah masuk, aku tergoda untuk membaca di tokobuku itu berlama-lama dan hilang semangat untuk naik ke lantai 2. Hahaha.
Akhirnya aku pulang saja. Menyusuri belasan kilometer jalan Kaliurang, membeli sate padang di sebelah kanan gerbang UII, dan sampai ke kosan Eva yang listriknya sedang padam. Hwaaa....

The last day....
Bubbay Jogja, terimakasih untuk empat hari yang sangat menyenangkan bersama kawan-kawan tercintah. Terimakasih untuk nasi telor ala burjo yang tiada duanya. Terimakasih untuk suguhan pemandangan Merapi yang indah setiap kali bangun pagi. Terimakasih untuk keketatan kosan Eva dan Rike yang jam sepuluh malam sudah di gembok, sampai-sampai kami dicerewetin mbak kosan sebelah, dicurigai sebagai maling, dan memanjati pagar tinggi kosan sambil dilihatin cowok-cowok yang sedang makan di burjo depan kos. Lain kali kami nggak jalan-jalan berempat saja, but with all my bestfriend forever dari Bengkulu. :)

Kembali mengarungi 3 jam perjalanan Jogja-Semarang, dan.... helloww kota Atlas?! I'm coming back. Hell yeahhh!!!


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO