Kamis, 28 Maret 2013

Cerpen: Cobalah Mengerti, Sayang (3)

0 komentar

 Seminggu berikutnya, kegalauan itu datang kembali.
Aryo lagi-lagi susah untuk ditemui. Terakhir kali aku mengajak dia makan bareng kemarin, tiba-tiba dia bilang sedang berada di luar kota. Separah ini kah kita sekarang? hingga aku pun tak tahu lagi apa yang sedang terjadi padamu, bisikku dalam hati.
Apa dia lupa bahwa wanita juga butuh perhatian? Perhatian yang sesungguhnya, bukan hanya kata-kata gombal tanpa bukti nyata. Sedikit saja. Sedikit saja beri apa yang tak pernah aku pinta. Beri aku perhatian, sayang. Ah, sudahlah. Aku tidak mau lagi merengek-rengek seperti seminggu yang lalu untuk meminta perhatian dari dia. Aku tidak mau perhatian karena iba seperti itu. Aku butuh orang yang tulus, memberiku apa yang tak perlu aku pinta.
Hampir saja aku lupa bahwa besok adalah anniversary kami yang kedua. Berarti genap sudah dua tahun aku menjalani hubungan dengan Aryo. Sepertinya itu sudah cukup. Aku tak ingin berlarut-larut menanti laki-laki yang lebih sering mengacuhkanku daripada memperhatikanku. Aku sudah letih seperti ini. Aku menyerah. Aku ingin mengakhirinya bila kami bertemu hari esok.
***
Esoknya.
Aku sudah mengirimkan pesan pada Aryo agar datang ke kosanku hari ini. Dan untungnya kali ini ia dapat meluangkan waktunya walau hanya sebentar.
“Hai,” sapanya, lalu tersenyum manis padaku.
Aku membalasnya dengan senyum juga. Senyum yang masam.
Lalu kami berdua duduk di teras kosanku yang luas dan lengang. Tak ada orang lain disana kecuali kami berdua.
“Udah makan?” tanyanya pelan.
Aku mengangguk. Bohong. Padahal aku belum makan dan sama sekali tidak ada nafsu makan.
Hening sebentar. Ia beralih memainkan keypad ponselnya, sepertinya sedang membalas SMS yang barusan masuk. Wajahnya serius sekali memperhatikan SMS itu.
Sementara itu, aku masih sibuk mencari kalimat yang tepat untuk memulai pembicaraan dengannya. Bahwa aku ingin mengakhiri hubungan yang sudah berjalan selama dua tahun ini. Bilang aku menyerah denganmu aja, sekarang, bisik suara-suara yang ada di sekitar otakku.
Yak, sekarang!
“Sayang,” panggilnya padaku. “Tau nggak, tadi aku ketemu klien yang rese banget. Pusing aku gara-gara dia. Ini barusan dia sms aku lagi.”
“Oh ya?” tanggapku sekenanya. Aku masih bingung bagaimana mengatakan hal yang satu itu padanya. “Kamu itu pikirannya cuma untuk bisnis ya?” tiba-tiba pertanyaan itu meluncur dari bibirku.
Ia kemudian memandangi wajahku sambil tersenyum. “Kita itu tiga tahun lagi sayang. Ingat kan?” ucapnya.
Memang, dulu waktu awal pacaran kami pernah berbincang tentang pernikahan. Aku berkata akan menikah pada umur 25 tahun. Ia juga akan menikahiku saat umurnya 25 tahun. Kebetulan kami seumuran, tapi ia kuliah dua tahun lebih cepat dari pada aku. Dan umur 25 tahun itu tinggal tiga tahun lagi.
“Iya, inget. Terus kenapa?”
“Kita harus segera mempersiapkan diri, sayang. Kamu tahu sendiri kan, kalo aku baru aja lulus kuliah. Bisnisku pun masih seumur jagung. Aku belum punya tabungan apa-apa untuk modal menikah nanti.”
Aku tertegun mendengarnya. Ia masih ingin menikah denganku? Gumamku dalam hati.
“Aku takut, sayang. Aku takut mengalami hal yang sama dengan temanku.” Aryo melanjutkan perkataannya.
“Kenapa dengan temanmu?”
“Temanku itu cowok. Ia ditinggal nikah sama pacarnya gara-gara belum mapan. Sementara pacarnya itu sudah bekerja dan mendesak ingin segera menikah. Akhirnya ia memilih menikah dengan laki-laki lain yang hidupnya sudah mapan. Dan aku nggak mau itu kejadian sama aku. Makanya aku harus bekerja keras sekarang biar bisa menikahi kamu secepatnya,” terangnya padaku. Yang tak kusangka-sangka, ia tiba-tiba mengecup lembut keningku. Sekujur tubuhku yang tadinya dingin membeku, tiba-tiba menjalar sebentuk kehangatan. Aku hanya bisa terpaku, tak tahu apa yang selanjutnya harus kulakukan.
Ia melanjutkan kalimatnya lagi seolah tanpa ujung. “Untung aja sekarang kamu masih semester enam. Belum terdesak untuk menikah. Hehehe.” Ia tertawa kecil. Diusapnya keningku sambil merapikan poniku yang berserakan.
Lagi-lagi aku hanya menanggapinya dengan senyuman. Sesungguhnya dadaku berdesir hebat dibuatnya.
“Makanya aku akhir-akhir ini suka susah ditemui. Aku juga sering keluar kota bersama rekan bisnisku. Jadi kamu jangan suka galau ya karena aku. Percaya aja, kita bakalan sama-sama terus kok sampai nikah nanti. Kita harus move-on sayang. Kita nggak bisa berleha-leha terus, berjam-jam pacaran nggak jelas kayak dulu. Kita harus belajar jadi si professional yang menghargai waktu sebaik-baiknya. Nggak hanya buat aku, kamu juga harus menghargai waktu dengan hal-hal yang berguna, sayang. Katanya kamu mau jadi penulis. Daripada galau, mending kamu lanjutin tulisan-tulisanmu itu. Ya kan?”
Oh my god. Aku baru sadar bahwa aku tidak bisa memutuskannya, karena aku amat mencintainya!
Aryo mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah note book yang lucu dengan cover feminim kesukaanku. “Happy anniversary, sayang.” Ucapnya sambil menyerahkan note book itu padaku. “Ini buat calon penulis hebat, biar dia bisa menuliskan apa aja yang dia rasakan di dalam sini. Dan…buat kita, aku berdoa semoga kita selalu bersama dalam menggapai cita-cita dan cinta kita. Amin.”
Spontan aku memeluk note book itu. Bulir air mataku menetes karena tak kuasa menahan haru. Aku ingin memeluk tubuhnya sekarang.
Yak, sekarang!
“Makasih ya, sayang. Aku nggak nyangka ternyata kamu sangat menyayangiku. Selama ini aku cuma mengeluhkan kamu, kamu gini lah, kamu gitu lah. Aku kira kamu sudah bosan bersamaku. Ternyata aku salah.” Tanpa sadar aku telah membasahi kemejanya dengan air mataku yang melimpah ruah.
Mulai sekarang aku yang harus mengoreksi diri. Selama ini aku selalu menuntutnya. Padahal aku sendiri masih banyak kekurangan, dan ia tak pernah menuntutku ini itu. Harusnya aku mensupportnya agar giat bekerja, bukannya menghalanginya dengan rengekan manja. Aku berjanji akan belajar menjadi wanita yang pantas berjalan disampingnya dan hidup berdampingan dengannya selamanya.
Selesai.

Cerpen ini hanya fiktif belaka, bila ada kesamaan berarti penulisnya terinspirasi dari kisah nyata. haha!


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Cerpen: Cobalah Mengerti, Sayang (2)

0 komentar

Besoknya lagi, aku masih berharap ia akan menemuiku. Setidaknya meminta maaf karena terlalu sok sibuk akhir-akhir ini. Aku sempat senang karena ternyata siang-siang bolong begini ia menelponku.
“Halo sayang,” sapanya padaku di telpon.
“Iya halo juga,” jawabku.
“Kamu lagi ngapain? Dimana?”
“Aku lagi di kosan aja. Kenapa?” jawabku lagi. Tiap dia bertanya seperti itu, aku memang biasanya menjawab lagi di kosan. Siapa tahu dia mau datang menemuiku. Walaupun kenyataannya pertanyaan itu Cuma basa-basi.
“Nggak apa-apa. Siang ini panas banget ya. Apa akunya aja yang belum terbiasa dengan kosan baru ini ya?” celotehnya. Tuh kan, cuma basa-basi.
“Nggg, iya kali.”
“Btw ayo sini, nyobain kosan baruku.”
“Kamu dulu yang kesini, baru aku mau kesitu. Gimana? Mau?”
“Hmmm. Kamu udah ke supermarketnya kemarin?”
“Udah.” Jawabku singkat. Dongkol, bukannya jawab pertanyaanku, dia malah bertanya balik.
“Yah, nggak bilang-bilang. Aku kan mau beli pasta gigi. Punyaku udah habis soalnya.”
“Lha kamu diajakin gitu, sibuk terus.”
“Tuh kan. Sewot.” Celetuknya.
“Lha emang iya kan, kamu sibuk terus? Atau cuma males aja pergi sama aku?”
“Kok gitu sih sayang. Aku kemarin itu memang bener-bener nggak bisa.”
Aku diam cukup lama. Di satu sisi ingin menumpahkan segala rasa kesal ini padanya, dan di sisi lain aku tidak ingin berkata apa-apa lagi padanya.
“Tau nggak, aku tuh kangen banget sama kamu, sama perhatian kamu yang dulu.” Ucapku akhirnya, setelah tertahan cukup lama di tenggorokan.
“Aku juga kangen kamu kok.”
“Tapi kenapa kamu nggak punya lagi waktu buat aku?? nggak pernah ngajakin aku jalan. Seenggaknya kalo kamu nggak punya waktu banyak, kamu bisa ngajakin aku makan. Kalo kamu lagi nggak punya uang, seenggaknya kamu bisa datang dan sekedar ngobrol bareng aku. Seenggaknya ka…”
“Sssssttt…. Jangan ngomong kayak gitu, sayang.”
“Kamu udah nggak butuh aku lagi? Udah bosen ketemu sama aku?” cercahku diikuti emosi yang kian memuncak.
“Nggak sayang. Jangan suka mikir aneh-aneh kayak gitu dong.”
“Ulangtahunku dua minggu yang lalu aja kamu lupa kan? Aku sudah menunggu sampai jam 12 malam, berharap kau yang pertama kali mengucapkan selamat ulangtahun. Tapi nyatanya, kamu baru menelponku besok siangnya. Dan kau tidak menyiapkan kado apa-apa untukku. Apa aku sudah segitu nggak pentingnya buat kamu?”
“Kalo soal itu maaf, aku memang salah karena telat ngucapin. Soal kado, aku bingung mau beliin kamu apaan. Kamu tau sendiri kan, aku tuh paling payah kalo soal ngasih kado? Kayak waktu adikku ulangtahun yang ke-19 kemarin, aku malah membelikannya tas boneka kayak anak SD.”
“Oke lah. Terus kenapa kamu nggak mau datang ke kosanku?”
“Abisnya kamu desak-desak aku gitu sih. Orangtua aku aja kalo nyuruh-nyuruh kayak gitu aku males ngelakuinnya. Aku tuh lebih suka melakukan sesuatu atas keinginanku sendiri, nggak di suruh-suruh, apalagi dipaksa-paksa.”
DEGG. Sakit rasanya mendengarnya. “J-jadi, kamu nggak mau datang kesini? Aku bukannya nyuruh, tapi ngajakin. Kamu diajakin aja nggak mau, apalagi nggak diajakin?? Mungkin kamu nggak akan pernah lagi datang nemuin aku disini.” Aku tak dapat lagi membendung tangisku. Aku bergeming dalam waktu yang lama, dengan air mata yang mengalir menganak sungai. Sesekali aku terisak. Kurasa ia mendengarnya. Dasar cengeng. Tapi aku tak peduli lagi.
“Ya udah, gimana kalo nanti malam kita berwisata kuliner aja?” ia berusaha menenangkanku. Mungkin ia iba karena aku sudah mulai menangis.
Aku masih tidak menjawab. Isakan tangis cengengku terasa makin kencang.
“Ayolah sayang?” panggilnya dengan nada lembut. “Mau kan?”
“Iya. Mau.” Jawabku akhirnya.
***
Malam itu berjalan seperti biasa. Kami makan nasi goreng Padang yang terkenal lezatnya di kota ini, dengan obrolan ringan dan candaannya yang membuatku tertawa juga jengkel. Gaya bicara dan gaya bercandanya masih seperti Aryo yang kukenal selama ini. Aku jadi lega. Semuanya berjalan baik, seakan-akan kejadian di telpon tadi siang tidak pernah terjadi.
***
(bersambung)


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Cerpen: Cobalah Mengerti, Sayang (1)

0 komentar
“Kalo gue putus sama dia gimana ya?” tanyaku pada Dina, sahabat yang selalu setia layaknya recycle bin setiap kali aku berkeluh kesal.
Dina melotot tak percaya. “Rin, elo sehat kan? Barusan ngelindur ya?” lalu ia datang dari tempat tidurnya ke meja belajar tempatku duduk bersandar, dan buru-buru meraba keningku.
“Nggak kok, Din. Gue sehat.” Ucapku datar.
“Terus kenapa elo ngomong kayak gitu?” tanyanya sekali lagi.
“Abisnya gue bingung dengan sikapnya sekarang. Cuek banget! Gue punya pacar tapi rasanya kayak ngejomblo. Gue rasa dia itu udah bosen sama gue, Din.”
Dina menggeleng-geleng sambil menatapku. “Cuek gimana sih? Ya elah, nyantai aja lagi, Irin sayang. Liat, gue yang nggak pernah diapelin sama cowok gue aja nyantai.”
“Ye, elo mah beda kasus lagi. Elo LDR, sedangkan gue sama dia tuh satu kota. Bahkan kita satu kelurahan, cuma beda RT, Din!”
Aku menghela napas panjang. Mencoba menahan emosi yang membuatku jadi galau sendiri tiap kali memikirkan dia.
Dia adalah Aryo, cowok yang sudah hampir dua tahun ini menjalin hubungan pacaran denganku. Dulu, rasanya dia sangat perhatian dan hampir selalu ada saat aku butuh. Dia juga tipe cowok yang berintegritas tinggi dan setia pada pasangan. Aku percaya penuh bahwa dia takkan pernah menyakitiku dengan menghadirkan wanita lain selain diriku.
Dia memang bukan tipe laki-laki yang suka menyimpan seikat bunga di balik badannya lalu memberikan bunga itu pada wanita yang disayanginya dengan senyuman semanis mungkin. Bukan pula laki-laki yang suka diam-diam menaruh boneka beruang di depan pintu kamar pacarnya, dengan selipan kertas bertuliskan “I Love U” di genggaman tangan boneka itu.
Dina sendiri pernah mendapat kejutan indah itu dari pacarnya yang bekerja di kota lain. Tanpa memberitahu Dina, pacarnya tiba-tiba saja muncul di kosan dengan membawa boneka panda sebesar badannya. Tentu saja sahabatku yang cantik ini berteriak kegirangan. Dan aku cuma bisa tersenyum kecut. Kapan aku dikasih yang kayak gituan?
Lain cerita, aku pernah beberapa kali memergoki teman-teman cowokku yang sibuk mengutak-atik hapenya tanpa henti. Ternyata mereka sedang SMS-an dan BBM-an ria dengan cewek mereka. Rata-rata nama kontak cewek itu disimpan dengan nama “bebeb”, “sayang”, “ndutku”, atau bahasa planet apalah, hanya mereka yang mengerti. Kadang aku iri, mereka kok bisa seromantis ini sama pacarnya. Tidak seperti Aryo, yang hanya menyimpan nomorku di hapenya dengan nama lengkap pemberian orangtuaku.
Aku juga sering iseng membaca timeline di jejaring sosial teman-temanku. Isinya tak jauh-jauh dari keromantisan hubungan mereka. Mereka saling berkomentar, berbalas-balasan tweet, dan mengaupload foto mereka berdua. Lagi-lagi aku aku iri, andai aku dan Aryo juga semesra itu.
Selain itu, teman-teman cowokku banyak yang memasang foto DP atau sekedar wallpaper di ponsel dengan foto pacarnya. Ada pula yang memasang foto mereka berdua dengan gandengan tangan yang mesra. Memang sih rata-rata pacar mereka semuanya cantik. Mereka pasti bangga punya pacar secantik itu. Jadi, kalau Aryo tidak pernah melakukan hal yang sama dengan teman-temanku itu apakah artinya aku tidak cukup cantik? Apakah Aryo malu mengakui aku sebagai pacarnya? Aku memang tidak terlalu cantik. Aku berbadan mungil dan berkulit putih. Tapi aku rasa aku juga tidak terlalu jelek.
Biasanya aku selalu menepis pikiran-pikiran buruk itu dengan kebaikannya yang lain. Aryo pernah sih, beberapa kali memperkenalkanku dan mengajakku pergi dengan teman-temannya. Toh dia tidak malu mengakuiku di depan mereka. Toh, dia juga sering memanggilku dengan sebutan sayang jika kami ngobrol secara langsung. Aku terus belajar untuk memahami karakteristiknya, dan belajar untuk menjadi seperti dia, meskipun terkadang masih berharap suatu saat ia akan bersikap lebih romantis padaku.
Sekarang hubungan kami telah menginjak tahun kedua. Sampai saat ini titik kegalauanku semakin memuncak karena sifat acuh tak acuhnya padaku semakin menjadi-jadi. Aku sudah mencoba untuk mengalihkan pikiranku ke hal yang lain, aku juga sudah mencoba untuk membalas keacuhannya dengan keacuhanku juga. Tapi aku masih saja kepikiran dengannya. Tepatnya, aku sangat merindukan dia yang dulu.
Sudah hampir dua minggu kami tidak bertemu. Aku bingung, kemana dia dan apa kerjanya sekarang. Dengan membuang rasa gengsi yang tinggi, aku mengajaknya pergi menemaniku membeli sesuatu di pusat perbelanjaan. Sebenarnya itu cuma alasan, untuk dapat bertemu dengannya. Aku menunggu dia sampai sore, apakah ia akan datang sesuai permintaanku, ataukah tidak. Ternyata tidak. Dia sedang rapat dengan rekan-rekannya, mengenai bisnis yang baru saja dirintisnya tahun kemarin. Tentu saja aku tidak akan memaksa.
Okelah tidak apa, tapi besoknya aku meminta ia menemaniku pergi ke pesta pernikahan seorang kakak tingkat. Lokasinya memang cukup jauh, sekitar dua jam dari kota tempat kami tinggal. Sedikit memelas, aku meminta ia menemani karena aku takut mengendarai motor sendirian. Tapi jawabannya lagi-lagi mengecewakanku. Katanya besok dia ada jadwal mengajukan proposal bisnisnya itu pada sebuah perusahaan. Dan waktu pengajuan proposal itu cuma besok karena temannya cuma ada waktu libur besok. Aku terdiam. Akhirnya aku mengendarai motor dengan jarak yang cukup jauh itu sendirian.
***
(bersambung)


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Kamis, 14 Maret 2013

Akor Gitar Lagu Mahameru (Dewa19)

2 komentar

Mahameru
Intro : A
Bm G G A A
mendaki melintas bukit
Bm G G A A
berjalan letih menahan berat beban
Bm G G A A
bertahan di dalam dingin
Bm G G A A
berselimut kabut ranu kumbolo
menatap jalan setapak
bertanya-tanya sampai kapankah berakhir
mereguk nikmat coklat susu
menjalin persahabatan dalam hangatnya tenda
bridge:
C#m B
bersama sahabat mencari damai
Bm G A Bm C#m D#m
mengasah pribadi mengukir cinta
reff:
Em C C#m
mahameru memberikan damainya
D C Bm Am G F
di dalam beku arcapada
Em C G D Em
mahameru sebuah legenda tersisa
C G A Bm
puncak abadi para dewa
masihkah terbesit asa
anak cucuku mencumbui pasirnya
di sana nyalimu teruji
oleh ganas cengkraman hutan rimba
back to bridge
back to reff
back to bridge
back to reff
mahameru berikan damainya
di dalam beku arcapada
mahameru sampaikan sejuk embun hati
mahameru basahi jiwaku yang kering
mahameru sadarkan angkuhnya manusia
puncak abadi para dewa

Lirik dan akor lagu Mahameru ini aku copas dari blog tetangga beda agama (wordpress) dalam rangka persiapan naik Semeru bulan Mei nanti. Rencananya sih mau perform di atas puncak Mahameru, sekaligus Harleem Shake-an massal di atas daratan tertinggi pulau Jawa ini. Hahaha. 
Nuhun ya mbak/mas yang punya blognya, semoga keikhlasan anda dibalas dengan pahala yang berlimpah ruah membahana membabi buta. Amin.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Minggu, 10 Maret 2013

Kado Ultah ke-22

2 komentar
Nggak kerasa hari ini udah tanggal 11 Maret aja. Padahal rasanya bulan Februari baru aja berakhir, dan masa-masa indah bersama keluarga telah berganti menjadi pertumpahan air mata. *sekalian pertumpahan darah juga deh*. Serius, nggak tau kenapa liburan kali ini aku sedih banget ninggalin Bengkulu, dengan beban-beban kewajiban yang masih nyantol di bahu.
Tanggal 25 Februari lalu, aku sempet sedih. Orang-orang terdekatku sepertinya malah lupa dengan hari lahirku. Yah, aku nggak berharap banyak sih, tapi seenggaknya gitu loh, ya kaan? ngerti kaan? :(
Di hari ulangtahunku yang ke-22 ini ada banyak hal yang aku dapatkan baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan.
Di mulai dari kado yang menyedihkan aja yak:
             
    Ini foto yg kuambil dari atas kapal, menuju pelabuhan
    Merak Banten. Java Land, I';m  back!
  • Ninggalin rumah. Dan yang parah, bisnya menelantarkanku di Purworejo. Soalnya rata-rata penumpang tujuannya ke Jogja-Solo, sedangkan yang ke Semarang-Pati cuma berenam termasuk aku. jadi kami disuruh nunggu di loket Family Raya Purworejo buat ganti bis. Kirain bis penggantinya juga bagus yak, eh, ternyata... bis ekonomi yang udah reot-reot. Udah gitu di Magelang bisnya di oper lagi coba. Rasanya nggak sampe-sampe selama 3 hari di dalem bis itu. :(

  • Terus pas turun dari bis, udah nyampe Banyumanik, ternyata Hape chibi-chibi kesayanganku jatoh dalem bis. Dan baru nyadar pas bisnya udah nggak ada. Itu menyakitkan banget sodaraah-sodaraaahh.... :'(
Nah, ini nih kado menyenangkannya:
  • Sampai ke kos pertama kali (dari Bengkulu), aku terima kado dari anak-anak kos. Yang pertama isinya adalah berbagai macam kerudung dan dalemannya. Aku memang baru berhijab, jadi koleksi kerudungku belum banyak. Karena itu mereka berinisiatif ngasih aku kerudung. Makasih, kalian emang perhatian banget keluarga sekosanku.. :*
  • Kado yang kedua yang aku dapat dari anak kosan, adalah paket buku dari DIVAPRESS. Agak bingung yah? Gini, yang nerima paket buku untukku dari pak pos itu adalah salah satu dari mereka. Terus mereka diam-diam ngebungkus paket itu dengan kertas koran biar kayak kado beneran. Haha. Kalo mau tau, paket buku itu sebenarnya salah satu hadiah dari Penerbit Divapress karena aku menjadi salah satu pemenang lomba menulis, dan karyaku dicetak menjadi buku. Makasih paketnya DIVAPRESS! :)
     
  • Kado ketiga, adalah sepatu sporty yang dibelikan oleh si mas pacar. Makasih yaa Pongkykuygbaik :) :*
     
  • Kado keempat, datang beberapa hari berikutnya. Aku terpilih menjadi juri lomba menulis yang diadain Penerbit Divapress. Aku termasuk ke dalam 15 yang terpilih dari 150 orang yang mendaftar. Ya, nggak begitu WOW sih menurut kalian, tapi lumayan untuk menambah pengalaman dalam dunia tulis menulis dan penerbitan. Dan yang paling kuincar dari sini yang pasti adalah honornya, hehehe. Lagian, aku juga jadi semakin pede untuk menulis, karena dari tiga kompetisi yang aku ikuti di awal tahun ini, aku selalu memenangkan ketiga-tiganya. Alhamdulillah ya rabbi. :)


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO