Minggu, 31 Oktober 2010

Fiksi Foto dari LEUTIKA PUBLISHER


"BINATANGPUN BISA LEBAY"

by Cora Pandu Aslamic on Thursday, 21 October 2010 at 00:58      
CINTA MONYET
Oleh Cora Pandu Aslamic

Cinta adalah anugerah yang kuasa
yangg bila terasa betapa indahnya…
Sungguh lemah diriku, tak berarti hidupku
Bila tak ada dirimu.....

Suasana bahagia hari ini makin terasa jelas menyelimuti hari pasangan bahagia Sarimin dan Sarinem. Begitu lagu dari band Radja itu terlantun dari seorang biduan organ tunggal pengiring, di momentum pernikahan mereka.
”Aku mencintaimu sayang,” desah Sarimin di telinga sang mempelai wanitanya. Ia menggenggam tangan Sarinem ditengah-tengah pelaminan seraya menorehkan senyum paling menawan yang ia miliki. Namun sayang, seekor monyet tetap seekor monyet, semanis-manis senyum monyet tetap akan membawa kepiluan bagi siapa saja yang melihatnya.
”Aku juga sangat mencintaimu sayang,” balas Sarinem bergelayutan di leher Sarimin dengan manja. Sedetik kemudian congor Sarinem menghantam keras pipi Sarimin. Sarimin tersipu malu.
”Aku ingin sehidup semati denganmu sayang,” bisik Sarimin lagi super mesra.
Sarinem mendelik, ”kamu janji sayang?”
”Janji sayang.... seperti janji langit dan bumi....”
”Uuuhh... romantis banget sayang......” ujar Sarinem salah tingkah lalu tanpa disadari tangannya menukik-nukik kepala pitak Sarimin.
GRAKK GRUBAKK PAANG POWW... AAAWWWWW........
Dengan kepala terrenggut, ia tersungkur di lantai. Ia pingsan di tangan Sarinem dan di kerumunan tamu-tamu monyet lainnya.


“Bro, sadar bro, jangan tidur mulu lo,” suara-suara itu sayup-sayup terdengar di telinga Sarimin.
Sarimin mencoba membuka matanya, “anjriiittt…..” gumamnya. “gue cuma mimpi!”
Yang ia lihat sekarang hanya kedua sohibnya yang sibuk bersiul-siulan melihat geng monyet-monyet bohay perawan lewat.
“Ngapain lo tidur mulu?” tanya sohibnya yang satu.
“Emm… gw mimpi indah bro,” Sarimin mengarahkan pandangannya pada kumpulan monyet-monyet bohay perawan di depan mereka. Salah satunya sangat tidak asing lagi bagi Sarimin.
“Bro, itu Sarinem kan, bro?” seru Sarimin. Matanya tak pernah mengerjip bila melihat pemandangan yang satu ini.
Sarinem, pujaan hati yang selalu dinanti-nantikan dan diimpi-impikan sejak pertama kali Sarimin mengenalnya. Saat itu Sarimin sedang asyik menikmati sebuah konser band. Tidak sengaja ia bertabrakan dengan monyet cantik, matanya lentik, suaranya halus, dan... Sarimin tak kuasa berkata apa-apa padanya. Karena rasa penasaran yang membara ia mulai mencari jejak, siapakah gadis bermata lentik, berbodi bohay dan bersuara halus pemikat hatinya itu. Selidik demi selidik Sarimin akhirnya mengetahui tentang gadis itu. Tapi mental tempe Sarimin belum juga mengizinkannya untuk menyatakan perasaan terpendamnya itu, lebih-lebih setelah mendengar kabar bahwa ayah Sarinem adalah pengusaha ekspor pisang terkaya di kampungnya. Sarimin merasa minder dan rendah diri dengan kenyataan bahwa ia hanyalah seekor karyawan rendahan di PT. Pisang Emas Jaya. Sampai sekarang ia masih berdiam diri mengagumi Sarinem dari kejauhan.
Ia kembali memandangi kedua temannya yang sedang bergelantungan dan masih saja menggoda gadis-gadis bohay yang lewat. Apakah mereka pernah merasakan perasaan yang sama sepertiku saat ini? Gumam Sarimin dalam hati. Setahu dia selama ini teman-temannya sering gonta-ganti cewek dan mempermainkan cewek-cewek itu. Setelah bosan dengan yang satu, beralih pula ke yang lainnya berdasarkan hawa nafsu tanpa mencampurinya dengan sisi rasional. Mereka tidak terikat dengan komitmen dan tahapan-tahapan hubungan selanjutnya.
Hmm... mungkin dari sinilah manusia-manusia sering menggunakan istilah ’cinta monyet’. Yaitu nama lain dari cinta sesaat. Cinta yang hanya dijalani dengan instan, dengan hawa nafsu, asal sama-sama suka dengan pasangan masing-masing. Bila sudah jenuh, tinggalkan saja, cari yang baru, pacaran lagi dengan yang lain. Tidak ada komitmen antara satu dengan yang lain, tidak ada istilah saling menjaga keutuhan cinta, tidak ada cinta mati, cinta sehidup semati. STOP! Stop sampai disini. Aku ingin mengubah anggapan manusia-manusia awam itu terhadap monyet! Mereka pikir monyet secemen itu apa? Aku akan buktikan bahwa monyet juga manusia, eh bukan, monyet tetaplah monyet, tapi monyet juga bisa memiliki cinta sejati! Hidup monyet! Sarimin berjanji akan membuktikan kelelakiannya sebagai seekor monyet.

Keesokan harinya ia bertemu lagi dengan gadis cantik pujaan hatinya. Dengan perasaan dag dig dug ia memberanikan diri dengan menyapa si cantik itu. Jantungnya terasa melompat-lompat. ”Hai, Sarinem...” ucapnya.
Tanpa diduga-duga, si cantik Sarinem membalas sapaannya dengan ajakan kencan yang luar biasa mengagetkan. ”Hai, kamu yang namanya Sarimin ya.”
”Euum... iya, itu aku.”
”Aku tau dari teman kamu kok.”
”Ooh ya, mereka bilang ap...”
Sarinem memotong kalimatnya, ”Gimana kalo kita ngobrolnya di rumah kopi aja? Aku tunggu nanti malam jam tujuh di Rumah Kopi ya. Aku buru-buru nih, bye....”
Sarimin menganga sambil terus memperhatikan Sarinem melenggang pergi meninggalkannya. Ia tidak menyangka dengan kejutan durian runtuh ini.

Malamnya, Sarimin berdandan serapi mungkin agar terlihat tampan didepan pujaan hatinya. Lalu ia bergegas menuju Rumah Kopi dengan tampang harap-harap cemas yang tetap terlihat memilukan bagi siapa saja yang melihat.
Ternyata Sarinem sudah menunggu disana.
”Udah lama, Nem?” sapa Sarimin.
”Gak juga. Ayo duduk.” jawab Sarinem. ”Aku boleh ngomong sesuatu gak?” Sarinem menatap wajah Sarimin.
Sarinem lama terdiam. Mereka terdiam seperti patung monyet di Ragunan. Padahal monyet betulan.
”Tanya apa?” Tanya Sarimin setelah lama speechless dengan kaki menggeletek dan menahan kentut. Lalu menahan boker. Bukan. Menahan grogi.
”Aku suka sama kamu.” Ucap Sarinem malu-malu.
Sarimin hampir pingsan mendengar ucapan gadis itu, apalagi menahan kentutnya yang kunjung membombardir.
”Ka ka kamu bercanda?” Sarimin tidak percaya. ”Akku... kamu bisa terima aku apa adanya? Aku bukan siapa-siapa Sar, aku Cuma monyet... yang tidak bermateri, dipandang sebelah mata, tak punya reputasi, gitu kayak lagunya si Bondan Prakoso...”
”Aku mau mendampingi dirimu, aku mau cintai kekuranganmu.... gitu kayak lagu si Once Dewa 19…” jawab Sarinem.
Dengan ini Sarimin berharap dia tidak bermimpi, maka ia suruh Sarinem memukulnya.
BRAKK... Terdengar suara gamparan mengenaskan dari tangan Sarinem.
”Cukup Sar, aku sekarang tahu ini bukan mimpi. Aku akan menjagamu seumur hidupku... aku akan segera menikahimu seperti yang ada di mimpiku...” ucap Sarimin semaput.
Pipi Sarimin dan Sarinem memerah merona, senyuman bahagia tersungging dari congor seksi mereka.
Sebulan kemudian tersebar undangan resepsi pernikahan Sarimin dan Sarinem. Mereka hidup bahagia selamanya. Dengan ini terbukti bahwa cinta monyet bukan hanya sekedar cinta sesaat, tetapi juga cinta sejati....
       
 Ayo ikutan “fiksifoto, cara baru dalam bercerpen-ria”  
·  ·  · Share


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 komentar:

Posting Komentar