Minggu, 02 Januari 2011

Tragedi Sepeda Onthel


Minggu tenang selama seminggu ini dimanfaatkan oleh anak-anak kost laras untuk refreshing. Kamis pagi, 30 Desember 2010, kami nyewa sepeda ontel di banjarsari untuk sepedaan keliling tembalang. Indri yang selalu bersemangat seperti halnya malam tadi nonton final AFF Indonesia vs Malingsia, pagi ini juga terlihat paling bersemangat membangunkan kami dan bersiap-siap mengarungi tembalang city tercinta.

yak, inilah suasana setengah jam sebelum tragedi

Jalur pertama yang kami tempuh adalah jalan Tembalang selatan, tembus ke simpang gerbang UNDIP, berlanjut masuk ke Tirto Agung. Belok ke Tirto Agung, aku dengan soknya mendahului teman-teman sehingga aku hampir dinobatkan menjadi jawara sepeda onthel. Dibelakangku (runner up) adalah mbak Ana, dan dibelakangnya ada Indri yang sedang bersiap belok ke Tirto Agung yang kebetulan jalannya turunan. Nasib berkata lain, tawa bahagia kami berubah seketika menjadi tangis histeris setelah melihat Indri mengendarai sepeda tak terkendali. Dan berujung pada terbenturnya kepala bagian kanan Indri ke sudut pot semen dipinggir jalan. Kami kaget, lalu Indri merintih. Darah segar segera mengucur dari kepalanya. Kami panik. Ary dan mbak Ana segera pulang untuk mengambil motor, tentu saja akan menghabiskan waktu untuk pulang. Untunglah ada seorang pangeran ganteng berkuda putih (eh maksudnya besepeda motor) dengan jiwa heroiknya segera mengantar Indri yang berlumuran darah ke rumah sakit Banyumanik.
Kepala Indri akhirnya dijahit 10 jahitan. Dia di opname di kamar melati no.4.
Anak-anak kost pada berdatangan.



Mbak Arni bilang, “waduuuhh, PRT masuk rumah sakit, majikan-majikan pada berdatangan. Diketahui, Juminten, PRT kost Laras, kabur dari rumah karena tindakan penganiayaan. Dia kabur dengan mengendarai sepeda, namun naas, sang korban malah jatuh dari sepeda dan kepalanya terbentur pot semen dengan sangar.”
“Ya, tuhan, cobaan apa lagi ini.....” rintih Indri dengan muka menyedihkan. Dia menahan tawa dengan menekan kepala bekas jahitannya.
“Kui koyo medusa, Jum”, ucapku.
“Tinggal pake kacamata item, terus kita jangan liat matanya. Ntar jadi batu.” Tambah mbak Arni yang dikepalanya muncul tanduk kiri kanan. Haaaa.

It’s ok, Jum, it’s just a joke. We all love you. :D



Ya, demikianlah foto-foto narsis di ruang melati no.4. Setelah foto-foto, perawat datang dan mengusir kami secara lemah gemulai. Ckckck.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 komentar:

Posting Komentar