Jumat, 27 September 2013

Ke Kampung Rawa dan Salatiga, Sendirian



Kemarin siang aku jalan-jalan sendiri. Rencananya sih ada yang mau nemenin, dan meyakinkan aku banget buat persiapan tracking ke Curug Lawe dan lanjut naik ke Gunung Ungaran. Tapi... seperti biasa dianya ngebatalin sebelah pihak. Nggak perlu dibahas panjang lebar disini, toh orangnya juga bakal tetap pasang muka innocent. Oke fine :')
Spin tersayang, teman bepergian saya~
Untuk menghibur diri dari kekecewaan itu, aku berniat berpertualangan sendirian ke Ungaran. Tapi setelah dipikir-pikir aku belum siap naik gunung sendirian dan alat-alat gunungnya juga nggak ada. Kemudian yang terbersit adalah aku akan pergi ke Solo dan mencari teman atau penginapan disana. Aku segera berganti pakaian dan menyiapkan daypack beserta isinya. Pas ngeliat isi dompet, tenyata uangku tinggal 30ribu rupiah. Ah, itu cuma cukup untuk beli bensin dan makan sekali doang. Dengan uang segitupun destinasiku terbatas, hanya sampai Salatiga. Oke, muter-muter Salatiga pun jadi, asal nggak menggalau di Tembalang. :) 
Aku memulai perjalanan jam setengah tiga sore, dimana jalan sedang padat merayap dipenuhi oleh mobil-mobil besar antarkota. Sebelum ke Salatiga aku mampir dulu ke Kampung Rawa yang terdapat di Ambarawa. Sempat muter-muter juga nggak tahu jalan menuju kesana. Tapi untunglah insting tukang ojekku membawaku sampai juga ke Kampung Rawa. Tiket masuknya murah, hanya 2000 rupiah/motor dan 4000 rupiah/mobil. 

Wahana untuk berlayar ke tengah-tengah Rawa Pening.
 Lokasi Kampung Rawa ini indah banget. Dikelilingi oleh gunung Merbabu, Telomoyo, Ungaran, dan gunung-gunung kecil lainnya. Belum lagi Rawa Pening yang luas menggenang di tengahnya. 
Kalau mau naik perahu mengelilingi Rawa Pening, satu perahu dikenakan 80 ribu rupiah dan maksimal delapan orang. Aku udah tanya-tanyain sih sama bapak yang mengelola perahu-perahu itu, eh... dia malah tanya-tanya hal personal tentang aku. Terus nanyain aku kenal nggak sama Rara anak peternakan UNDIP yang pernah penelitian disitu. Terakhir dia mengeluarkan hapenya, aku udah berprasangka buruk aja. Aku meninggalkan makananku yang belum habis, selain karena nggak mood makan, juga malas menanggapi dia nanya-nanya hal yang nggak penting selanjutnya dan minta nomor hapeku. Hahaha.
Soto daging, yang... aaasudahlaahh...
Pemandangan sekeliling yang menyejukkan~
Ada tempat pemancingan juga
Teman perjalanan
Setelah makan dan meninggalkan lesehan soto, aku beranjak menuju ayunan di dekat parkiran. Kemudian mengeluarkan novel yang baru kubeli yang berjudul Backpacker In Love. Novel karangan travel writer kondang ini yang membuat aku jadi menggebu-gebu untuk traveling dengan si Spin tersayang. Aku membaca novel itu sampai langit sudah berwarna jingga, menandakan bahwa matahari akan segera tenggelam. Ah, cepat juga hari berlalu.
Sunset~
Sambil mencuri-curi pandang ke arah sunset di langit bagian barat, aku mengendarai motorku lagi menuju ke Kota Salatiga. Aku berkeliling kota kecil itu sendirian seperti anak hilang sampai jam 7 malam. Well, I waste all of my money T.T


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

2 komentar:

www.dearsnote.blog.com mengatakan...

Masih suka naik gunung mbak?

Cora Bellato mengatakan...

masih suka kok. ini siapa ya? :D

Posting Komentar