Senin, 15 September 2014

Persaingan 2 Pulau Kakak Beradik


Oh ya, pak. Kalo kuliner khas Lombok itu apa aja sih?” sekarang giliranku yang bertanya. Membuka topik obrolan yang berbeda.
“Banyak, dek. Kalo makanannya ada ayam taliwang, plecing kangkung, ares, sate bulayak, dan masih banyak lagi. Sedangkan minuman yang terkenal disini ‘brem’.”
“Brem? Bukannya itu makanan khas Jawa?” tanyaku lagi.
“Iya, ya. Penganan dari tape ketan yang bentuknya batangan itu kan?” sambung Bagas.
“Oh, bukan. Itu beda lagi. Kalo brem disini bentuknya cair. Tapi bahannya ya tapai ketan juga. Minuman fermentasi, begitulah dek.” Jawab Pak Iwan.
“Wah, berarti memabukkan ya, pak?”
“Iya, memabukkan. Minumnya sedikit-sedikit saja. Satu gelas arak saja bisa buat orang teleng.”
“Oh, kalo itu saya juga pernah dengar. Bukannya itu minuman dari Bali ya, pak?” Mas Efri angkat bicara.
Pak Zul tergelak. “Iya, orang-orang luar taunya brem itu minuman khas Bali ya. Sebenarnya itu khas Lombok, dek.” Ujar Pak Zulkarnain. “Memang Lombok kalah pamor dibanding Bali. Orang-orang luar taunya yaa Bali, Bali dan Bali.”
Aroma persaingan tercium dari dua pulau berdampingan ini.
“Lha, Lombok juga mulai dilirik orang-orang untuk berwisata lho, pak. Lihat saja di televisi, hampir setiap acara traveling pasti pernah memamerkan keindahan Lombok.”
 “Tetap saja. Tidak sedikit wisatawan yang melakukan perjalanan darat dari puau Jawa singgah ke Bali kemudian ke Lombok. Nah, saat di Bali itu lah biasanya mereka disetting mindsetnya untuk menjelekkan citra Lombok. Salah satunya dengan cara menurunkan harga suatu makanan, kemudian mengatakan bahwa nanti di Lombok harga makanan tersebut lebih mahal.”
“Ah, masa begitu sih, pak?”

Pak Zul tergelak lagi. “Yah, walaupun tidak sepenuhnya begitu sih. Oh ya, ada yang tahu kendi yang terbuat dari kayu, bagian dasarnya bolong tapi kalau diisi air tidak tumpah? Itu juga banyak ditemukan di Bali. Padahal sebenarnya itu kerajinan khas Lombok.”


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 komentar:

Posting Komentar