Senin, 08 September 2014

Surga di Selat Lombok


Pukul empat pagi, kami tiba di pelabuhan Padang Bai yang berada di ujung timur Pulau Bali. Suasana masih sepi, tapi tidak menyurutkan semangat para penjaja makanan untuk mencari nafkah. Baru saja kami berjalan turun dari bis, salah seorang lelaki penjual nasi bungkus menyapa kami dengan logat Bali yang kental.
“Nasi, Bli? Perjalanan ke Lombok jauh, empat jam lebih. Nanti tidak ada yang jualan di kapal.” Ia merayu kami untuk membeli dagangannya.
Awalnya kami tidak menggubris. Karena itu ia merayu kami lebih giat lagi. “Murah saja, lima ribu rupiah satu bungkusnya.”
Lumayan murah tuh, batinku. Sebagai spesialis keuangan, aku membisikkan pada teman-teman untuk membeli nasi bungkus ini. Harganya lumayan murah untuk mengganjal perut di pagi hari.
Teman-teman setuju untuk membeli. Tapi Mas Efri tampak khawatir. “Lauknya apa, bli?” tanya Mas Efri. Mengingat di Bali lumayan sulit menemukan makanan halal bagi umat muslim seperti kami. Jadi kami harus sedikit lebih waspada.
“Ayam dan telur suwiran, bli,” jawabnya. Lalu lelaki itu membuka satu bungkusan untuk diperlihatkan pada kami yang tampak sedikit khawatir. Dan terlihatlah segenggam nasi putih, dengan lauk ayam dan telur yang disuwir bersama sedikit cabai dan kacang tanah.
Karena kejujuran lelaki itu, kami semua mengangguk setuju. Aku mengambil dompet uang kas dari dalam carrier dan mengambil uang sejumlah Rp. 40.000,-. Selain itu, aku juga mengeluarkan uang lagi sebesar Rp. 320.000,- untuk membeli tiket kapal ferri menuju pelabuhan Lembar Lombok. Untuk naik kapal ferri ini kami dikenakan Rp. 40.000,- perorang.
Kalau dek kapal ferri dari pelabuhan Ketapang Banyuwangi yang kami tumpangi tadi terasa lapang karena tidak banyak penumpang, berbeda dengan dek kapal ferri yang satu ini. Penumpangnya membludak sehingga kami tidak kebagian tempat duduk di dalam.
Akhirnya kami berdelapan duduk di luar dek. Tapi ada untungnya juga sih, kami jadi bisa melihat pemandangan matahari terbit di selat Lombok. Semburat kuning keemasan yang dipancarkan oleh matahari juga dipantulkan oleh pegunungan yang berjajar di Pulau Bali. Tak terkecuali dengan Gunung Agung. Gunung beraura mistik kebanggaan warga Bali itu tampak berkilauan ketika memantulkan warna keeemas matahari pagi.
“Lihat!” ujar Bagas dan Mas Zaenal dengan mata yang tertuju ke titik yang sama di lautan.
Aku pun sontak melihat titik itu. Rupanya itu segerombolan lumba-lumba yang sedang berenang. Lumba-lumba itu beraksi bagai tuan rumah yang sedang menyambut kedatangan tamu-tamunya, dan berkata “Welcome to paradise!

Satu kata saja: AWESOME.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Excellent information . whether this information or make
your own ??? I really appreciate it .
I have a quick way to become a successful entrepreneur .
very easy . immediately read how


apakah blog ini berisi konten asli ?? Saya suka membaca .
banyak informasi di dalamnya . terima kasih untuk berbagi .

Aku punya cara cepat untuk menjadi pengusaha sukses .
sangat mudah . segera membaca bagaimana

My page - cara usaha

Posting Komentar