Senin, 24 Oktober 2011

Papa-mama-ku, Segalanya Bagiku


Dear my unyu-unyu blog, :P
Lagi bosen nulis novel mulu tiap hari, makanya hari ini khusus aku sediakan waktu untuk bersamamuu....
Baca-baca tulisan tentang kasih sayang papa-mama ke anaknya bikin aku nangis cina sendiri di kamar (tapi nggak galau sampai-sampai showeran). Ya, gimana nggak, tulisan itu ngingetin gimana rasa sabarnya dan ketulusannya membesarkan anak (hebat)/(cacat) sepertiku ini. Flash back dari aku balita nih. 
Pas umur 2-3 tahunan aku benar-benar keparat suka duduk diatas jidat papa, makanya jidat papa sekarang jadi lebar. wkwkwk. Pernah suatu kali seenaknya aku mengguntingi sprei dan payung mama padahal tuh barang-barang belum lama dibeli, dan orangtuaku juga punya gaji yang sangat pas-pasan pada masa itu untuk beli baru lagi.
Pas TK, apa yaa kelakuan keparatku pada mereka? lupa deh. Yang aku inget, pas pertama kali masuk TK, aku meronta-ronta nggak mau masuk kelas (ohh betapa pecundangnya aku) karena takut, sampe akhirnya diseret-seret dan ditemani bundaku masuk kelas sampai pulang.
Pas SD, aku pernah dicubit papa lantaran nggak mau pake gaun pas ada acara ulangtahun temen. Iya, aku nggak suka pake yang begituan, maunya pake kaos oblong sama celana aja. Mungkin papa kesal ngeliat kebodohanku nggak mau terlihat cantik diantara teman-teman lainnya. Oh ya, di kelas aku pernah dapat nilai 0 di pelajaran matematika. Biasanya nilai matematikaku selalu tinggi-tinggi, kebanyakan nilai100, tapi entah setan lemot pada hari itu mungkin sedang jatuh cinta padaku. Aku dapet 0 besar dan aku ketakutan sekali pulang ke rumah karena akan ada papa yang marah besar dan mencubit pantatku. Maka setelah memutar otak beribu-ribu putaran, aku ada ide untuk menambah angka 1 dan 0 agar menjadi angka 100. dengan sangat hati-hati ku lukis angka 1 dan 0 itu menggunakan krayonku yang berwarna merah. sesampainya di rumah, papa bertanya, "hari ini dapat berapo nak?" (sumpah aku nangis pas nulis ini, karena ingatan itu masih terekam sangat jelass) terus aku serahin kertas ulanganku ke papa, "seratusss" jawabku. Papa sepertinya agak janggal melihat angka 100 itu. "Pake krayon ini yooo???" mata papa membesar. sepertinya dia sibuk mengecek pekerjaanku dari nomor 1 sampai nomor 10. Huwwwaaaa.... papa meledak, dia mencubit pantatku keras-keras dan aku langsung menangis memohon perlindungan. Untunglah saat itu ada tanteku dan dia segera mengajarkanku cara mengerjakannya dengan benar.
SMP.... aku rajiiiiin banget belajar, yah, seperti murid kutu buku lainnya. Saking rajinnya, aku nggak tahu dunia luar, dunia pergaulan ababil seumuranku. Papa sepertinya nggak ada masalah selama aku masih jadi anak rajin dan penurut.
SMA, adalah awal papa-mama sering marah-marah karena persoalan lain. Disini aku mulai mengenal pergaulan dan pacar-pacaran. Papa-mama sering memarahiku karena nilai raporku turun, gimana nggak, tiap malem (terkadang ampe subuh) itu aku sibuk mainin HP, buat smsan dan telponan sama pacar. Hadeeehhh.... Tapi aku masih anak baik lah, soalnya aku nggak pernah kabur dari rumah, nggak pernah nyolong duit mereka, nggak pernah merokok. wkwkwkwkwkwk.
Kuliah... masa yang berat untuk dijalani, karena aku mulai belajar mendewasakan diri. Tapi, sepertinya aku paling banyak bikin kecewa di masa-masa ini... haaahhh, enough to said.
Pokoknya aku harus bisa bikin papa-mama bangga sekaligus bisa bikin diri aku sendiri bahagia. Segoblok apapun caranya. Secerdas apapun caranya. Karena mereka... segalanya buatku. Tanpa mereka aku nggak akan ada saat ini. KANGEEEN.... T_T


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 komentar:

Posting Komentar