Senin, 20 September 2010

Budi, si setan ganteng (2) (lanjutan)


"Gue ngerasa kayak dejavu...." ucap cowok itu sambil mengerutkan dahi.
   "Ggg...gue juga....." balas Nina. Gelagapan.
   "Lo kayak Gusdur..." dia tertawa, kali ini dia tidak menawan. Dia mirip setan.
  "Anjrit.... lo... lo... Mirip temen SD gw. Mirip setan." Nina menunjuk-nunjuk hidung cowok itu. Sembari mengernyitkan dahi, heran, kok ada sih setan yang ganteng.
   "Lo juga mirip teman SD gw. Mirip anak Gusdur." lanjut setan itu, "Tapi gue suka sama dia walopun dia mirip Gusdur. Seandainya dia tahu kalo gw suka sama dia." Dia tersenyum, tapi sepertinya sangat terpaksa. 
Dia meneruskan ceritanya, "Gue udah lama naksir dia.... tapi gue nggak berani bilang ke dia. Gue cuma berani ganggu-gangguin dia. Bikin dia kesal dan menangis. Gue mau minta maaf dan ngungkapin perasaan gue ke dia, tapi gw terlambat. Bokapnya ngajak dia pindah keluar kota. Sejak itu gw nggak pernah dengar kabar lagi tentang dia." 
    Astaga, itu gue banget... batin Nina. "Hahaha.... Budi... Budi... gue nggak salah denger nih? Lo naksir gue?" Nina seakan tidak percaya dengan apa yang diakui si setan itu.
   "Gue serius... Gue mau minta maaf ke lo sekarang. Gue mau lo tau kalo gue suka sama lo. Sayang sama lo. Gue cuma mau lo tau....." ucapnya. Terlihat kesungguhan dari binar matanya yang membuat hati Nina meleleh. 
   "Oke. Gue percaya. Berhubung gue ini seorang pemaaf, gue udah maafin lo dari dulu kok. Soal lo naksir gue......" belum selesai Nina menghabiskan kalimatnya, Budi memotong pembicaraan "Alhamdulillah, sekarang gue udah bisa tenang. Makasih ya Nina, gue sayang lo. Inget itu, gue sayang lo." Budi tersenyum.
   Usai berkata demikian, Budi langsung pergi meninggalkan Nina. Tanpa meninggalkan jejak, nomor hape, atau apalah. Sementara Nina masih bengong ditempat.  Batinnya protes, "Nih anak gak punya sopan santun amat sih, gak berubah-berubah dari dulu. Barusan bertemu setelah sekian tahun nggak keliatan, dia langsung cerita blak-blakan, pake ngatain aku anak Gusdur (lagi) segala. Udah nyatain perasaan gitu langsung ngacir ninggalin gue. Apa maksudnya coba?"
   GEDEBUK.... Sebuah buku jatuh dari lemari, menimpa kepala Nina. Dia tersentak kaget dan terbangun dari tidur ngoroknya. "OMG, rupanya gue tadi cuma mimpi." teriaknya sambil mengelap liur basi yang telah menganak sungai disana-sini. Ternyata Nina ketiduran diantara buku-buku-lapuk-bau-kencing-si-kampret setelah membaca sampai habis diari SD-nya.

   Dua bulan kemudian Nina liburan semester. Dia berencana akan liburan ke Surabaya, kota kelahirannya, dimana dia pernah SD disana, punya teman sekelas yang sangat menyebalkan dan sering membuat Nina menangis. Sesungguhnya Nina amat penasaran dengan kabar teman SDnya itu.
   Hari pertama sampai di Surabaya, dia berhasil menemukan rumah salah seorang teman dekatnya  di SD. Mereka berbincang banyak sekali tentang teman-teman SD mereka. 
   "Terus gimana kabar si Budi, anak bandel satu itu?" tanya Nina.
   "Lo nggak dapet kabar tentang Budi ya, Nin?" temennya malah balik nanya.
   "yee.... elo..."
   "Budi kan udah meninggal, Nin. Dia meninggal seminggu setelah lo pindah ke luar kota, gara-gara kecelakaan motor. Lo tau gak, sehari sebelum meninggal, dia cerita ke Heru kalo dia tuh pengen minta maaf dan nyatain perasaannya ke elo. Dia tuh naksir berat ama lo. Heru yang cerita ke gue. Tapi semuanya udah terlambat......"
   Innalillahi waina ilaihi raji'un... Nina kaku. Dia merinding setelah mendengar kabar Budi dari temannya tersebut.
   Setelah lama diam, nina akhirnya bicara, "Budi udah minta maaf ke gue. Dia juga udah nyatain perasaannya ke gue. Dia bilang dia cuma pengen gue tau perasaannya ke gue. Setelah ngomong begitu, dia langsung ngacir dari hadapan gue. Dia melakukan itu semua itu di mimpi gue. Dia datang dalam mimpi gue. sekarang gw ngerti arti mimpi itu." 
   Budi... Budi... ternyata lo udah jadi setan betulan. Tapi lo tetap setan yang ganteng. Heheha. Piss. Baik-baik ya di sono.   


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 komentar:

Posting Komentar